Pages

Monday 3 June 2013

Pagi sendu

Belum genap pukul 6 pagi saya terbangun dengan sisa-sisa hantaman kafein di kepala. Secangkir ramuan bubuk kopi yang dicampur biji cabai sukses menjadikan jam tidur saya nyaris habis terpangkas. Biasanya saya malas untuk membuka laptop lantas menulis sepagi ini, namun berkat seseorang saya belajar, tak pernah ada orang bijak yang bangun kesiangan. Sepertiga malam hingga matahari muncul di kaki awan, pagi selalu diselimuti hal magis. 

Sepagi ini Kota Megapolutan juga telah menggeliat. Bak para gladiator, Skrup dan bidak-bidak hidup yang disebut kaum urban tengah bersiap menyambung masa. Baju zirah dan pedang telah digantikan kemeja berdasi, ijasah, dan bekal pelatihan sebuah korporasi. Bidak-bidak bernyawa tampak kembali turun ke gelanggang demi meraih kebebasan dan kemuliaan yang sekarang bernama jabatan dan pengakuan tetangga.

Mesin-mesin dihidupkan. "gear-gear" berputar. Robot-robot yang butuh tidur mulai bergerak secera otonom dengan sumber energi baru hasil kreasi para "motivator". Pada masa ini, robot tak butuh sumber energi mahal dan tak ramah lingkungan. "harapan". Robot-robot sekarang mampu bergerak bahkan membunuh tanpa ampun hanya berbekal "harapan". Sumber energi tersebut dapat lebih tajam dari sebuah mata pisau victorinox keluaran terbaru. Yang asli, bukan "tembakan" asal negri bambu.

Beberapa hari ini saya kembali mengakrabi pagi. Pagi setelah dua pertiga malam resmi dilewati. Pagi setelah hujan di awal bulan Juni.