Pages

Sunday 30 September 2012

mana kamu

mana yang lebih mungkin? saat aku menemukan keberanianku, aku menemukanmu. atau, saat aku menemukanmu, aku menemukan keberanianku?

acap kali cinta dan obsesi bertanya pada hati nurani, merindukanmu selalu jadi jawaban atas bulir air yang tiba-tiba mengalir di pipi. bulir yang membuatku tidak mengenali diri. kecuali.... namamu dalam kalimat do'aku di bulan suci.

draft plot

jangan pernah menuliskan sesuatu yang telah hilang dan pergi darimu.
jangan pernah melukiskan sesuatu yang tidak mampu kamu dapat, dekap, rengkuh dan pasrahkan di pelukmu.
jangan pernah mendeskripsikan sesuatu yang tidak mampu kamu bayangkan dirimu berbahagia dengan itu
jangan pernah menasbihkan cinta terhadap sesuatu yang akan kamu tinggalkan pada kondisi tertentu.
jangan pernah berjanji pada hatimu
jangan pernah mengemis harga diri pada siapapun itu
jangan pernah membisu di tatapan mata coklat itu. ambil pematik api dan rokokmu.
jangan pernah terbius pada indah senyum wanita itu, selama dia tidak memeluk atau menciummu, senyumnya itu palsu. sepalsu rindu yang dia katakan padamu
jangan pernah kembali pada awal keraguanmu

walau reaksi hipersensitif ditunjukkan tubuhmu.

scene #1 gadis pramusaji berhidung kenari

malam ini saya mendapati sebuah bisikan Ilahi untuk tulisan ini. ide baru yang saya rasa belum pernah anda temu di sana-sini. travel writing sudah mulai menjamur bak kedai-kedai kopi premium, mulai dari lajur lokasi hingga segala informasi tentang kondisi terkini. sudah terlalu banyak yang membahas keindahan sebuah destinasi. semesta memang indah, dari segala pesona, hingga misteri yang menyelimuti. tapi percayalah, tanpa ciptaan Ilahi bernama wanita, seindah apapun alam yang kau temui, takkan mampu menggantikan posisi wanita sebagai "surga" bagi pria normal seperti kami.

jika surga yang sebenarnya tak mampu menyenangkan hati manusia pertama, maka apalah arti semesta bagi seorang pria biasa dibandingkan segala pesonamu hai wanita?

bukankah wajar jika saya mengagumi kecantikan gadis-gadis asing yang saya temui?  daripada saya ikut-ikutan menceritakan alam raya hari ini, bagaimana jika mulai sekarang saya ceritakan "bumbu penyedap" bagi cerita-cerita travelling yang sudah sering anda baca. bukan, ini bukan cerita stensil mini. saya tidak membahas ukuran dada, bentuk pinggul, atau pantat. fokus saya adalah paras dan gemuruh rasa kagum pada wangi yang wanita bawa.

ceritanya malam ini saya kumpul dengan beberapa orang kawan di sebuah kafe kecil di pinggiran kota surabaya. awalnya saya kira kafe tersebut bernama blackbeard (salah satu tokoh bajak laut), tapi setelah saya baca ulang, ternyata papan nama kafe tersebut bertuliskan BLACKBIRD (*burung hitam -red). kafe tersebut menyediakan aneka minuman ala tempat tongkrongan, mulai dari kopi, coklat panas, hingga bir dingin. malam ini, saya lagi-lagi memesan coklat panas, sedangkan kawan-kawan saya memesan cocktail dan 3 botol bir dingin. selain minuman, satu hal yang saya suka dari kafe ini adalah pilihan musik yang mereka perdengarkan. seakan tau selera pelanggan, kafe ini memanjakan telinga kami yang berada di meja sebelah luar. setelah sabtu kemarin lagu-lagu andalan the beatles diputar habis, kali ini mereka perdengarkan pada kami lagu-lagu dari the doors, pink floyd, coldplay,  dsb.

     mau pesan apa mas?

    aku pesan senyummu sekali saja boleh? *kata saya dalam hati

gadis itu berambut panjang, dikuncir ala ekor kuda, dengan tatanan yang sedikit acak-acakan. maklum, malam ini kafe tersebut dalam kondisi yang lumayan ramai. sekitar 5 orang pegawainya tadi, termasuk dia sebagai seorang pramusaji. gadis itu berumur sekitar 23 tahun, tidak terlalu tinggi, bermata sayu, dan berhidung pesek ala gadis Jawa. saya lebih suka menyebutnya gadis berhidung kenari. :).. tapi dia manis. sangat manis hingga mampu membuat coklat panas yang saya pesan malam ini jadi terasa bak coklat impor.

    "siapa yang butuh gula, jika kau beredar di sekitar saya mbak?" *ujar saya dalam hati saat menghadapi secangkir coklat panas yang agak hambar.
    "boleh saya minta sendok, mbak?" *biar kamu balik lagi kemeja saya dan mengaduk-ngaduk hati yang sedang gaduh :p

malam ini dia memakai kemeja bergaris dengan celana jeans berwarna hitam. raut lelah bisa terlihat jelas dari matanya. raut wajah orang-orang pekerja, bukan raut manja gadis-gadis kuliah biasa. sekalipun lelah, tapi dia melayani peminum di kafe tampatnya bekerja dengan baik. volume suara yang lembut, intonasi yang terjaga dan okelah pokoknya.

mungkin sabtu besok saya akan mampir lagi untuk menanyakan namanya.  hari ini sudah terlalu pagi, waktunya saya kembali pada peraduan mimpi.

    tulisan ini adalah pembuktian, bahwa menuliskan pesona wanita lebih sulit daripada melahirkan tulisan mengenai tempat semedi. :)))

c(i)u(man)

Jadi mana yang lebih dulu?
aku mencintaimu dan kupersembahkan nafsuku, atau...
aku bernafsu atasmu dan kupersembahkan cintaku.

dan mungkin nanti,
aku tak bernafsu padamu jadi tak lagi mencintaimu,
aku tak mencintaimu jadi tak bernafsu lagi padamu.

pilih mana?

sang pelaku

ruang kosong yang lain lagi.
tempat kontemplasi dan segala puja-puji bebas mempermainkan diri.
tempat belati kata-kata mengiris perlahan ulu hati.

dua kondisi,
air mata membasahi lantai keramik yang berwarna putih
imaji. saripati diri. mengalir di lantai dingin kamar mandi.
tenggelam dalam rutinitas pagi. 
cairan lubrikasi membasahi kerut seprei dua pribadi yang membaringkan diri.
imaji. sesudah itu mati.

rupa tidak pernah serupa goresan sketsa 
kenangan berdarah. tidak kentara.
bekas lukanya hanya ada di dada. tubuh dan kepala hanya perantara.
sisanya. dalam draft draft puisi yang berpindah dunia.




dia ada di mana-mana. sketsa fotomu?

Bagaimana jika, aku ini air sungai yang mengalir dan kamu nyala api pada sebongkah kayu?
Silahkan menari sesukamu, jangan takut terbakar habis sekali waktu lalu musnah jadi abu. Ada tangan-tangan Tuhan yang membawa kita saling bertemu.


Bagaimana jika, aku imajinasimu dan kamu realitaku?
"Satu" tidak akan mampu benar-benar hidup dalam pusara waktu.


Bagaimana jika, aku jawaban dari segala tanya bagaimana-mu dan kamu jawaban dari segala tanya mengapa-ku?

Bagaimana jika, kamu dan aku adalah citra dan simbol-simbol yang diproyeksikan otakku pun otakmu?


Terlalu banyak "bagaimana jika" tidak akan membunuhmu.
dia bukan tercipta untuk membuatmu ragu,
dia tercipta untuk menghadirkan jawaban do'a lewat pilihan-pilihan tertentu.


Mari bercermin sekali lagi. Lebih dalam. Lalu sebrangi bayangan fisik yang muncul pertama kali. Dekonstruksi pikiran, atau kau lebih senang menyebutnya revolusi bagi hati. Jika bagimu hidup adalah petualangan, maka kita adalah dua insan yang tidak butuh buku panduan. Aku yakin pada prinsipku, dan kuyakin kamu-pun begitu. Hanya itu yang kita perlu.


jangan janjikan masa depanmu, apalagi mempertaruhkan hatimu pada ragu. Sementara ini aku ingin menatapmu sedikit lebih lama. Aku senang berenang, menyelam, bahkan tenggelam dalam sorotmu. Bahagiaku telah menjelma dalam rupa renyah tawamu.


Jeda yang membuat pertemuan kita berharga. Spasi yang membuat kita berbeda dari mereka. Saling mengetahui rasa, namun tak ada daya. Mungkin baiknya memilih diam, lalu perlahan pergi dengan nyeri di dada, entah nyeri bagi dada siapa.


tapi siapapun yang memilih pergi, tolong jaga dan tetap benahi diri. Bisa jadi, kita adalah jodoh yang dipertemukan lain kali. kamu adalah masa depan yang kuhampiri dengan hati-hati. kamu adalah hal pertama yang aku cintai bukan hanya berbekal hati.


Pagi ini, aku diingatkan kembali.
Bagaimana aku bisa menyombongkan diri? tentang rasa? tentang cinta? tentang aku, kamu, dan takdirNya ?
Pagi ini aku jatuh cinta sekali lagi. Cinta pada imajinasiku sendiri, atau pada ekspektasi yang diciptakan hati. Pagi ini, "kamu"lah inspirasi bagi lahirnya tulisan ini.


Mengagumimu adalah pertanda hatiku masih berfungsi. terima kasih *.

2/3

Pagi adalah dia. waktu yg kusuka sepanjang nafasku ada.

Lalu senja adalah dia. masa aku khilaf dan lalai pada gelapnya rasa.

dan kamu, kamulah cinta. kamulah sepertiga malam, masaku sibuk menasbihkan namamu dalam do'a-do'a, dalam diskusiku pada sang Pencipta. namamu kekasih, yang 3 tahun ini kukagumi, kugilai, dan kuabadikan dalam mimpi mimpi bulan suci.

let it be

konspirasi semesta,
sebuah lagu the beatles yang berjudul let it be
seiring semilir angin di sepertiga malam,
o2 masuk ke peparuku, dan kenangan aromamu di otakku.

di kitab suci yang masih kuimani masih ada fotomu. satu-satunya yang tersisa.
kupandangi tiap lupa, apa itu cinta, dan rasa ingin memiliki.
berbahagialah kamu di sana. nurita.


selayang pandang

hitam tidak selalu mensubstitusi kelam, putih tidak selalu mensubstitusi suci, dan kata-kata tidak selamanya menjadi simbolisasi. beberapa cuma sekedar jadi bukti eksistensi, sekedar hitam di atas putih. kadang saya pribadi hanya menulis apa yang sedang saya pikirkan, persepsi anda tidak penting. dan voila, saya sedang menjadi pertapa sok suci yang sibuk berkontemplasi. di sini. adalah sebuah hal yang menyenangkan menulis dengan bebas tanpa perlu tedeng aling-aling, tanpa perlu "di hubung-hubungkan" dengan perkara lain. terutama yang telah saya anggap tidak penting. murni soal gemuruh rasa di dada. dada saya, bukan dada anda yang entah berukuran berapa.

sebentar, sebelum lebih jauh, blog ini bukan berfungsi sebagai diary, blog ini adalah mata pedang terbalik seperti milik seorang samurai. saya hadapkan pembaca pada bagian yang tumpul dan sebaliknya dihadapan saya. seperti bermain catur dengan diri sendiri, seperti sensasi saat berdo'a di tempat sepi. kadang, kita hanya perlu bercakap-cakap dengan diri sendiri. saya memilih tempat ini.

blog ini adalah alter ego. sisi lain yang memang sengaja disembunyikan. silahkan menikmati, tapi jangan mengejar untuk tau lebih. Pertapa amatir mana yang tidak tersinggung saat anda pesta sex di depan alas batu tempatnya semedi? rocker mana yang tidak ngamuk ditepok-tepok pantatnya oleh justin bieber. fuck.

ah,, tema tulisan kali ini adalah perihal emosi, perihal ketenangan hati. waktunya idealisme mati suri dan suhu tubuh ber-aklimatisasi. sebuah organisme sedang belajar memperbaiki diri.

tidak baik memang memendam amarah, ketidaknyamanan, kebingungan atau entah apapun namanya. lebih baik tuliskan, daripada menceritakannya pada orang luar yang "kamu pikir bisa dipercaya". atau sekalian, ceritakan pada orang asing yang tidak tau apa-apa. kadang kita hanya perlu didengarkan, bukan malah dicerca dengan berbagai pertanyaan. mungkin ini bedanya lelaki dengan perempuan, satu mulut kamu bungkam dan mulut lainnya akan mulai mengumandangkan ketololanmu diam-diam. ujung-ujungnya tetap, tak berkesudahan.

tulisan di sini bukan untuk diikutsertakan lomba, atau harus menjadi buku best seller di ruang baca. tulisan di sini adalah apa yang sedang melintas di udara. dan akhir kata, asumsi anda adalah milik anda, dalam kasus ini tidak perlu membaginya sama rata dengan saya.

tulisan ketiga yang memaksa lahir berkatmu

lihat di sana, langit pagi dan senja yang memerah syahdu.
katakan padaku, apa itu warna pipimu,
atau rinduku yang bersemi malu-malu?

cepat pulang,  malam menjelang.
sepertiga malam nanti, takdirmu datang.

b(utuh)

satu dari kita butuh benci untuk menengahi cinta yang jadi tak tau diri
satu dari kita dibayangi cinta dari badai benci yang berevolusi.

anomali.
suatu keadaan tak wajar yang muncul, datang, hilang, dan pergi dengan sendiri. tanpa pamit dan permisi.
dan parahnya lagi... berepetisi. padamu lagi. lagi. dan lagi.

"bisa kita berhenti seperti ini? berhenti terbang kesana kemari tanpa melahirkan visi dan misi. biarkan semangatmu terisi, ambisimu muncul lagi,... berhenti... atau kurusak kau lebih parah dari ini. kamu butuh utuh untuk terbang lebih tinggi. " kata hati pada jasad yang sedang mati suri untuk kesekian kali.

temporer

kita pernah benar-benar mencintai satu kali seumur hidup kita.
saat hati kita cukup lama bersemayam dan melebur dalam kata "kita".
pada suatu masa yang pernah ada.

setelahnya, cinta bukan sesuatu yang akan kita puja.
setelahnya, akan ada alasan tertentu atas rasa kita.
setelahnya, akan ada tujuan tertentu kita menjalaninya.

kita pernah benar-benar mencintai satu kali seumur hidup kita.
satu kali saat kita muda.

setelahnya, itu hanya delusi hati atas realita
setelahnya, itu bukan apa apa.
mungkin hanya simfoni semu semesta raya.

kamulah kediamanku, bintang selatan arah langkahku menuju. bergeraklah, berlarilah, sambut aku. peluk aku, seperti dulu.

postcard dengan background pepohonan surga

23 september 2012. ali, ilham, dan saya sebagai penggembira seperti biasa.
Saya ingat betul hari itu. Hari di mana wajah orang yang pernah saya kenal tiba-tiba hadir memenuhi kepala. 

"sudah, bilang saja sama bambang irawan, kalau dia gak mau nerima naskah skripsimu, urusannya bakal semakin panjang. kalau ada apa-apa, nanti biar ayah yang ngadepin! majuo!! aku nang mburimu!"
malam itu ali bercerita kepada kami perihal seruan ayahnya tersebut. Saya dan ilham lantas terbahak mendengarnya. Tawa saya yang paling keras kala itu, tentu saja untuk memendam rasa iri yang begitu keparat memenuhi dada.
Keberanian adalah Tema obrolan kami kali ini. Tentang bagaimana cara orang tua menanamkan dogma-dogma kejantanan, dogma bahwa benar atau salah adalah urusan Tuhan dan keberanian adalah soal gerbang di halaman latar belakang.

benar saja, saya-pun langsung ingat padanya setelah sekian lama. Dia, yang hampir tidak saya ingat lagi seperti apa rupanya. Dia yang telah setahun ini hanya berupa nama yang terselipkan di awal-awal kalimat do'a, kenangan tentangnya tergeletak tak berdaya, entah ada di mana.

Lelaki yang pulang dengan senyum itu terlalu sebentar hadir dalam hidup saya. Wujudnya hanya hadir dua bulanan setiap tahun saat saya lahir hingga setinggi gitar klasik ukuran standard. 11 tahun bukan waktu yang ideal untuk mengajarkan saya apapun yang dia tau perihal hidup. Dia yang membesarkan saya dengan kasih sayang melalui serat optik dan bayang-bayang raksasa sebuah korporasi, atas nama cinta dan hidup layak hingga kini.

Dia memenuhi otak saya dengan empat dogma:
  • 1. Sekolah yang bener
  • 2. Jaga bunda.
  • 3. Jauhi masalah.
  • 4. Jangan nakal.
that's it! 
sepertinya dia lupa mengajari saya perihal keberanian dan sedari kecil hingga sebesar ini, saya adalah lelaki yang tidak pernah sekalipun melayangkan pukulan ke wajah seseorang sekalipun tangan saya haus sekali dengan darahnya. Waktu kecil, saya hanya mampu mendendam dan menangis diam-diam. Baiknya adalah saya tidak pernah memiliki catatan masalah kepribadian di raport sekolah. Tapi buruknya, secara refleks saya jadi orang yang kerap menjauhi masalah dan orang-orang yang berpotensi menimbulkan masalah. Hingga malam itu, saya baru belajar, bahwa bagi seorang lelaki, masalah dan kekalahan hanya boleh dijauhi untuk dimenangkan lagi lain kali, besok, lusa, atau hari lain setelahnya dengan cara yang sama atau lebih bergaya.
Selain itu semua, saya lebih sering teringat bagaimana mata coklat lelaki itu dibayang-bayangi perasaan untuk minta dimaklumi juga diperhatikan, keputus-asaan, dan kesepian. Ketegaran hanya  terucap secara lisan dan tulisan, ikhlas mau tidak mau dipaksakan hadir perlahan. Saya hanya tau betapa luar biasa bunda menyayanginya, begitu juga dia pada bunda. Dia adalah veteran yang akrab dengan rindu pada rusuk yang diambil sukarela darinya. Saya hanya tau betapa baik dan luar biasa lucunya dia di mata bunda, kawan-kawan, dan saudara sekandungnya lewat cerita yang terus berulang dan alur yang sama sejak wujudnya berupa foto dan kenangan yang tersisa di kepala. Tuhan begitu menakutkan bagi saya kala itu. Seperti diktator di era zorro dan robin hood.

Tuhan telah melampiaskan rindunya padamu yah, dan mensubstitusinya pada saya dengan rindu yang membatu. Mungkin, rindu itu diciptakan untuk tidak pernah adil bagi kita. Saya rindu pada waktu yang diambil rindu tersebut dengan semena-mena. kelak kita akan bersepeda bersama lagi, yah. Kali ini kita akan berkeliling surga bersama adik juga bunda.

Ps: katakan pada Tuhan untuk memasang internet di surga. Biar kita bisa chatting atau berbalas komentar lewat mention. Sekarang adalah era social media. zaman, akan menggilas siapa saja yang tidak mengikuti trend, ah kenapa saya jadi menuhankan zaman? maaf.. "You're the Big Boss,, God"..

cahaya kecil. putih abu-abu

ah, keparat sekali rindu ini. sisa bayangmu di sana, lebih brengsek dari lagu pop hari ini :)

masih kau ingat "sayang", kita pernah saling mengingatkan perihal indahnya satelit bumi, dalam petang yang lebih temaram dari kedai kopi di pinggir jalan. saat bintang raksasa enggan pulang. dan terang bercumbu dengan gradasi gelap yang meneduhkan.

"aku baru sampai rumah, tadi kena macet. sudah kamu lihat purnama di luar sana sayang?." ujarku lewat pesan singkat.
"bulannya cantik ya :).. cepat mandi dan istirahat yang... :*
"kangeeen kamu lagiii" begitu katamu di paragraf yang kesekian.
tapi aku lebih suka menatapmu" kata benakku
"iya sayaang,, aku jugaaak kangen kamuu" itu yang tertera dalam layar telepon genggammu

andai aku tidak terikat perjanjian dengan orang sekarat.
andai kematian tidak membuat pikiran terikat erat pada akhirat,
bersamamu, surga dan dunia tidak bersekat.
kita akan berselimut kabut pekat dan segalanya menjadi gelap.
dan kita atas nama cinta akan tamat.
 

jangan pernah percaya pada mulut keparat yang menyatakan kita berpisah akibat film dongeng agamis. itu konyol, apalagi demi gadis berjilbab abu-abu atau demi mengejar perhatian kawan baikmu. mengorbankan iman atas nama iman. menyelamatkanmu dari iblis dalam diriku. pada saatnya nanti, kamu akan paham, aku mencintaimu lebih dari yang kamu pikir kamu pahami.

Semesta menunjukkan cinta lewat jeda dan jarak, lewat kehilangan, lewat benci yang sepat, lewat rindu yang keparat. lewat dosa yang kita buat-buat. masa lalu kita tidak penting. rasa kita tidak penting. kamu bersamanya, dan aku bersama rindu yang entah untuk siapa. kamu "mulai" menyayanginya, dan bagiku kata sayang kehilangan maknanya.

menyebalkan, sekarang ini kita menjadi apa yang dulu pernah kita bahas dan mengamininya dengan label "hal-hal yang kita benci dan harus dihindari". pertahananku tinggal selapis lagi. peparuku mulai sesak akibat mencandu, bir dingin benar-benar mulai menggodaku. aku butuh apapun untuk mengikhlaskanmu. dengan menyebut nama Tuhan, aku belum yakin cukup dengan itu?
aku dengan rindu dan kekhawatiranku,  rimba dan kota hanya terpisah selaput karet seharga lima ribu. mani menggerayangi lubang kaum berpenampilan suci. dan di atas namakan cinta dan janji seorang lelaki.
kau sebut apapun makhluk ini, sudah jadi kodratnya untuk tidak berdaya dihadapan selangkangannya sendiri. 

walaupun kita berpisah dalam informasi yang timpang separuh,
semoga cinta mempertemukan kita dalam keadaan yang baik dan utuh. 
di manapun kamu. 
atas nama rindu yang mulai gemuruh, 
aku ..... padamu.
baik-baiklah kamu di sana. jaga dirimu.