Pages

Saturday 30 March 2013

take a deep breath, and fall...



Para orang tua kerap mengatakan cinta itu buta, tuli, ini, itu... lantas saya pun mengambil kesimpulan, bahkan cinta-pun cacat, bagi siapapun, baik itu bagi Habibie dan almarhumah Ainun. Tapi alangkah tidak bijaknya menjustifikasi pendapat seperti ini, maka bagi anda pendapat anda dan bagi saya pendapat saya. Tak perlu berdebat. Perspektif tak berasal dari satu kepala yang sama. 

Sedikit banyak, tentu kita ingat pernah merasa begitu tertarik pada seseorang dengan alasan yang tidak bisa dikatakan logis. Entah karna kulitnya yang bersih nan eksotis, wangi parfum yang melekat pada tubuh dan rambutnya, caranya mengikat tali sepatu, lesung pipit dan kerut sekitar matanya saat tersenyum, masakannya atau bahkan karena letak tanda lahir di bagian tubuh tertentu. Singkatnya, kita akan mengalami fase di mana segala kecacatan cinta, berawal dalam bentukan yang sempurna. 

Menuliskan sesuatu perihal rasa semacam ini kerap mengingatkan saya pada sebuah lyric lagu dari Patty Smyth dan Don Henley 

But there's a danger in loving somebody too much,
and it's sad when you know it's your heart you can't trust. 
There's a reason why people don't stay where they are.
Baby, sometimes, love just aint enough.

Tidak pernah ada yang mengatakan pada kita bahwa keberadaan seseorang bisa berarti banyak. Ayah, Ibu, Kakak, bahkan guru spiritual kita bisa jadi lebih banyak diam atau bermanuver ke arah yang kita kira tidak logis. Kebenaran seperti apapun akan terdengar konyol di telinga, keruh, riuh, bising, dan berisik. Pengalaman seseorang tak bisa murni dijadikan acuan mengenai pilihan-pilihan yang harus kita tentukan. Hingga tiba saatnya jatuh cinta menjadi gerbang revolusi bagi seorang manusia.

Kita mungkin ingat saat degup di dada bergemuruh lebih keras dari derasnya hujan di luar rumah, bahkan saat hanya berniat mendekat, sekali lagi, hanya "berniat". Betapa berdua serasa begitu singkat, begitu luas sekaligus sempit dalam satu satuan waktu. Betapa gelap kan terasa benderang. Waktupun mengkristal (meminjam istilah dewi lestari). 

Tiba-tiba kita kan merasa begitu lelah menunggu. Betapa kita telah merasa berkorban banyak demi momen tertentu. Momen sederhana bersama dia dihadapan kita saat ini. Saat jemarinya mengusap lembut pipi dan tatapannya memandang jauh melewati batas yang diciptakan retina. Lantas mata kita terpejam dengan bibir saling terkatup. Hangat dan dingin tak wajar mengaliri telapak tangan yang basah. Tak perlu menunggu waktu lama hingga pelipis akhirnya dibanjiri keringat. Kita jatuh, dan tersesat..  yap, we are lost in love.

Setelah momen itu usai, satu dan yang lain akan semakin menggilai. Erat dan terikat. Lebih sulit melupakan seseorang yang juga menyentuh kita dalam artian yang sebenarnya. Ari lasso salah, menyentuh hati saja tak pernah cukup. Cinta saja tak lagi cukup. 

Lantas cintapun menganut sistem dan teori - teori ekonomi, tentang trade off, opportunity cost, investasi, manajemen risiko, dan sebagainya. Menjadi dewasa, cinta dikatakan berevolusi menjadi sesuatu yang logis nan realistis. Bibit, bebet, bobot. Sedikit tambahan jika kita seorang yang religius. Perasaan yang murni pun menjadi sebuah komoditi unggulan namun langka di pasaran, dan pada akhirnya, cinta juga bisa diperjual belikan. Segala hal mengenainya akan dikaitan dengan choice (pilihan), decision making (pengambilan keputusan), dan bahkan sacrifice (pengorbanan).

Seringkali kita dipaksa mengorbankan suatu aspek untuk memperoleh aspek lain yang lebih penting. Bahkan sekedar kesempatan atau peluang, kerap meminta tumbal. Entah atas dasar prioritas atau sebagai insturment investasi  untuk masa depan, pada akhirnya cinta akan di dasari perhitungan untung dan rugi. Saat hal itu terjadi, maka amalkan salah satu idiomatic phrase dari manajemen investasi : "never put all your eggs in one basket" jangan jatuh pada satu orang. "there's a danger in loving somebody too much."

Banyak dari kita menghubungkan cinta dengan perkara untung rugi. Lantas tanpa sadar memaksakan sesuatu berjalan seperti yang kita kehendaki. Kita lupa, bahwa kehendak yang dipaksakan bisa menjadi bom waktu. Dalam suatu percakapan menjelang tengah malam, seorang sahabat saya pernah mengingatkan, "konon perempuan itu diciptakan dari tulang rusuk pria? rusuk itu bengkok, kalau kamu paksa lurus, dia akan patah dan tamat sudah uripmu. Hati-hati siapin parasut, supaya tulangmu gak remuk kalau jatuh. tapi bukan berarti kau harus selingkuh, wehehehehe" katanya sambil menyantap semangkuk indomie. 

Friday 22 March 2013

4 fragmen dan kita

Empat bulan berlalu, saya dan aku mengenal anda dan kamu seperti nyala kilat. Seperti sepercik air es dan sebongkah bara api. Anda dan kamu adalah negri di mana penyihir Oz yang masyhur itu bermukim. Musim berganti pada satu waktu. Sedang saya dan aku adalah penghuni baru di negri itu. negrimu.

Jika mau diruntut, siang itu banyak sekali yang bisa kita perdebatkan. Perihal harga bawang yang mencekik atau hal sepele seperti jus apa yang paling enak diminum siang hari, terutama saat panas sangat terik. namun, hari itu kita memilih topik absurd.

Anda bersikeras, dipilih karena diperjuangkan itu jauh lebih mulia daripada dipilih karena dikasihi, aku sebaliknya, gigih dan dungu itu beda tipis, setipis dicintai dan dikasihani. "Berbeda ya berbeda, tidak terbagi berdasarkan tebal dan tipis", kataku.

sedangkan di pinggir kolam air mancur, Saya dan kamu tersenyum, menikmati semilir angin yang masuk dari celah pilar - pilar besar sebuah mesjid.

15 menit berlalu, waktu tidak pernah stagnan pada satu titik, pembicaraan kita beralih pada perkara cinta dan perjanjian (pranikah). Kaum religius di negri ini menjadikanku bersikap skeptis, Manusia itu makhluk rapuh. Ijab kabul yang dianggap sebagai salah satu perjanjian tersucipun bisa musnah dengan talak, dengan latar belakang alasan yang sepele seperti perbedaan prinsip bahkan suasana hati. Alkisah di negri ini, syahadat, bisa luntur dengan sekardus indomie.

Pada anda, aku mengatakan bahwa perjanjian itu barang jualan para politisi. Jadi ada baiknya kita tidak membawa materi itu ke ranah hati. Sang Pemilik Semesta dengan mudah mampu membolak baliknya. Kehendak bebas menjadikan kita merasa begitu perkasa, lantas seringkali lalai dengan yang tak seharusnya terucap lewat bibir dan lidah. Pada akhirnya, cinta adalah barang langka, sekalipun perceraian diharamkan dan poligami tidak dicontohkan. Kita bisa berbahagia dengannya sementara, saat rasa masih tak terpetakan dalam logika, saat kita bebas berkehendak lagi bertindak karena segalanya masih serba ada. Mungkin.

Hari semakin sore, matahari mulai tergelincir dibalik bayangan gedung pencakar langit. Asumsi-asumsi yang kita bangun mulai ngawur dan siap bertempur. Untungnya kita menyudahi debat itu dengan menjejakkan kaki di kahyangan, lantas berdebat apakah cahaya di kaki langit sebelah barat itu planet venus atau lampu jalanan. Saat itu, aku juga mengajakmu bertaruh, apakah orang asing yang mondar-mandir dengan penyangga leher itu sebuah robot atau manusia kelas mainstream yang sedang bersiap untuk berjoget "harlem-shake". Dan anda menyuruhku beristigfar setelah itu, Sementara saya dan kamu terkikik geli. Senja membuat pipimu dan bibirmu merona, memerah. Manis sekali. 

Saya dan aku tak pernah benar-benar mengenal anda dan kamu, namun, saya mencintai anda, dan aku mencintai kamu. Oh, ya, cahaya itu bukan venus dan bukanpula lampu jalanan. Cahaya itu berasal dari pesawat citylink yang akan mendarat. lihat, Segala asumsi kita belum tentu terbukti benar kan? toh pada dasarnya kebenaran hanya milik Dia, bukan milik habib tertentu.



(ps: perjodohan tertawa riang, kali ini dia bukan sumber polemik kita),

Tuesday 19 March 2013

milik

Ketika mendengar terjadinya penembakan di Colorado pada pemutaran perdana film Batman, The Dark Knight Rises, saya tidak begitu kaget. Agaknya nolan berhasil membuat sebuah masterpiece lain setelah "memento". Dan bayangan saya benar, hanya soal waktu hingga ada seseorang yang merasa "terinspirasi" dengan karakter dan alur film "Batman - The Dark Knight" film kedua dari trilogi batman yang dibuat oleh Christopher Nolan. 

Anak kecil tentu akan terkagum-kagum dengan milyarder setampan Bruce Wayne (Christian Bale) dan kecanggihan alat-alat rancangan lucius fox (Morgan Freeman), namun James Holmes bukan anak kecil, dia bukan milyarder kaya dan tak pernah sedikitpun menyamai seorang Bruce Wayne, dia bukan batman, dan bahkan bukan siapa-siapa selain seorang lelaki yang mengimani jalan pikiran karakter fiktif.

Siapa sangka, pemegang beasiswa di universitas Colorado itu pada akhirnya memiliki persepsi lain soal hidupnya hingga bahkan para napi pun gemas untuk menghabisi nyawanya. Pada akhir kisah, James menjadi kriminal yang terancam hukuman mati, dimusuhi dunia, dianggap gila, juga terkurung dalam imajinasinya sendiri sebagai titisan Heath Ledger dan berperan sebagai "joker".

"you either die a hero or you live long enough to see yourself become the villain." (harvey dent - two face)

Silahkan tidak percaya, waktu juga memiliki kuasa di atas segala pilihan kita. Seseorang bisa bermetamorfosa seindah kupu-kupu, atau menjelma jadi makhluk terkutuk yang paling dia benci sebelumnya, perspektif kita terhadap kitab suci pada akhrinya ditentukan oleh prinsip yang kita anut. Jika anda masih ingat film carita de angel (dulce maria), tentu anda juga akan ingat dengan suster cecilia, seorang suster cantik yang hampir mengabdikan diri sepenuhnya pada Tuhan, namun memilih menikahi seorang duda beranak satu yang sangat kaya. Tuhan dan fasilitas yang diberikannya, dikalahkan rasa ingin memiliki. Benar ini hanyalah sebuah film, tapi bukankah film seringkali dibentuk berdasarkan sebuah imaji atau ... realita yang telah terjadi?

Goenawan Mohammad dalam salah satu catatan pinggirnya mengatakan "Keserakahan juga bisa tampil dalam bentuk yang lebih halus: kesadaran yang berlebih tentang 'milik'.

Kecintaan manusia dan kecondongannya pada sesuatu acap kali membawa manusia untuk berubah. Segala hal yang berlebih, membuat manusia terasing dari dirinya sendiri.  Bahkan makhluk sekelas aagym pun pada akhirnya tunduk oleh waktu dan rasa jenuh hingga memilih jalan yang membuatnya seperti sekarang ini. Kebencian dan kecintaan berlebih acap kali menutupi segala informasi yang kita perlu, namun saya percaya, seorang ahli juga kerap dibentuk oleh kecintaan dan kebencian berlebih. Para penemu telah membuktikannya.

Manusia kerap dibentuk dari kehancuran bukan dari hidup yang manja. Terlalu ingin menjadi seperti apa dan terlalu takut terhadap apa, pada akhirnya membawa kita menjauh dari kesadaran hakiki. Pada orang tertentu, kehancuran membawa bibit trauma sederhana, ketakutan menjadikannya waspada dan mawas pada kejanggalan situasi tertentu, juga rasa tidak peduli pada segala hal yang masih abu-abu. Darisana lahirlah prinsip, benih cahaya yang muncul dari sisa abu.
Satu persatu perspektif orang yang kita kira baik dibantai, kebutuhan biologis dan psikologis juga berkuasa memperbudak manusia selain materi. Tanyakan saja hal tersebut pada penggemar hair metal yang sekarang jadi anggota FPI atau cobalah curhat dengan harvey dent.

Friday 15 March 2013

agama warung kopi

Tulisan ini bermula dari awal Maret di pinggir jalur kereta yang menuju timur kota, tepatnya di sebuah gedung besar yang berdiri sombong dan pongah. Tempat itu adalah satu dari sekian banyak lokasi pergaulan masa kini, tempat persatuan dan kesatuan dapat lebih dijunjung tinggi setiap hari, tempat peradaban berevolusi. Skala kaki lima atau premium, kedai kopi jauh lebih dihormati daripada gereja, mesjid, vihara, klenteng, dan ikon lain  yang seharusnya jadi pemersatu namun kerap kali menjelma sebagai sumber pemecah nomer satu. bukti? sudah berapa lama lebaran berbeda hari? berapa cinta yang terpaksa mati? dan berapa nyawa yang terpaksa diikhlaskan atas hal ini? fanatisme absurd.

Budaya "cangkruk" (red: kongkow) di kedai kopi semakin populer lagi memasuki tahun 2012. Hal ini tak luput dari campur tangan para pebisnis yang memanfaatkan kebiasaan ini dengan mendirikan sebuah kedai kopi premium. Di kota saya, trend ini semakin marak sejak kemunculan starbucks. Namun, seringkali kedai kopi premium kurang begitu diminati karena menawarkan secangkir kopi dengan harga yang terlampau tinggi. Menyiasati hal ini, bisa kita lihat hampir di semua kedai kopi premium tidak hanya menawarkan kopi-kopi "unggulan" saja, namun juga berbagai jenis fasilitas seperti ruangan ber-AC dan yang pasti koneksi WIFI. Fasilitas tersebut ditujukan kepada golongan berjiwa "hemat" (golongan golongan yang tidak berduit banyak ) agar tidak merasa rugi membeli secangkir kopi dengan harga yang tinggi. Tapi ada beberapa kedai yang juga menawarkan fasilitas lain, seperti kursi sofa, kamar mandi yang bersih, dan mushola kecil. Benar sekali, ini sindiran halus untuk beberapa kedai kopi yang pernah saya datangi.

Sebelum menjamurnya kedai kopi seperti sekarang ini, kegiatan "cangkruk" seringkali dikonotasikan untuk para pekerja (golongan menengah kebawah). Namun, budaya ini lambat laun mengalami pergeseran hingga mulai menjangkiti segala lini. Kedai kopi premium atau saya lebih suka menyebutnya sebuah "restoran penjaja kopi" di kota saya menyuguhkan banyak hal untuk di jadikan bahan renungan. Berbagai hal dapat saja terjadi di tempat seperti ini. Mulai rapat-rapat penting dua korporasi dengan jumlah nilai kesepakatan yang fantastis, hingga hal-hal remeh seperti "kegiatan menyambung silaturahmi" atau tawar menawar harga diri, hal yang paling remeh saat ini. 

Ah, kali ini pandangan saya sedang tertuju dengan 6 pak rokok putih berbagai merk yang tertumpuk di meja seberang. Setengah lusin penikmatnya adalah anak-anak berwajah bayi. Asap putih membubung tinggi di ruangan ini dan rokok putih menjadi alat eksistensi, bukan lagi sebagai bahasa keakraban atau nilai kesederhanaan. entahlah, tapi saat itu saya melihat para perokok amatir itu duduk dengan pongah, sepongah gedung ini.