Pages

Saturday 25 January 2014

Kepada Saya yang Menjadi Peziarah untuk Kisana - Traveller yang Maha Bebas

Di teras dua rumah beberapa tahun silam. 
"kalo ini selesai, ntar kita keliling Jawa dulu, Ini rutenya: Pertama kita kesini.. kesini.. lalu kesini....... terakhir di sini. (sembari menunjuk peta sederhana hasil pengetahuan yang seadanya)."  
"Aku punya bayangan, nanti kamu jadi orang sukses ad. Ayahku juga bilang gitu ke aku. Kamu mesti percaya! Luluso sek, ntar kita keliling, Aku janji."  (25 Agustus 2010)
Hingga hasil postingan ini terpublish, saya masih menyimpan pesan singkat kawan baik saya. Saat itu merupakan tahun yang cukup berat. Tak ada yang lebih menyiksa daripada patah hati dan merasa terpenjara. Tak ada pilihan lain.
"Only hate the road when you’re missin' home..
Only know you love her when you let her go
And you let her go" (passanger - let her go)

Lembar Kartu Hasil Studi saya sukses remuk di tempat sampah. Nasakom. Berantakan. Kesepian dan sinisme menyerang. Saya mempertanyakan cara Tuhan mengasuh hasil kerjanya atas apa yang ada di pikiran saya.

Tahun tahun berlalu. Hidup mendorong saya menciptakan sebuah mahakarya. Wajah kedua. Wadah kosong yang bebas saya isi apa saja. Sebuah buku yang saya baca menjelaskannya dengan cukup baik - Berputar menjadi sesuatu yang bukan kita, demi bisa menjadi diri kita lagi. Saya lakukan apa saja untuk bisa bertahan lebih lama, untuk bisa berjalan lebih jauh dari yang sudah-sudah. Sejak awal saya sudah salah strategi. Saya tak pernah tau apa yang saya inginkan. Saya hanya tau apa yang saya sukai. Lalu saya mulai menulis. Tentang apa saja. Setidaknya dalam tulisan, saya menjadi saya.

4 tahun berlalu setelah masa suram itu. Saya tuntaskan yang saya butuhkan. Tapi hidup seringkali  mengajarkan kita begitu keras untuk akrab dengan ketidakpastian dan segala kejutan-kejutan. Mau tidak mau, saya diharuskan untuk ahli menjadi sesuatu yang bukan saya. 

Setelah beberapa waktu memilih bungkam, Hari ini saya ingin mengingatkan Saya tak ingin dengar kabar bahwasannya kamu menghabiskan berpack-pack rokok dalam sehari atas nama pelarian. Segala yang membuatmu kecanduan kelak akan berbalik memusnahkanmu. 

Saya masih menunggu kabar bahagia darimu. kawan lama.




Post-scriptum: Ditulis sembari mendengarkan lagu sheila on 7 - lihat dengar dan rasakan. Latte dan kentang goreng saya sebentar lagi habis. lalu warungnya tutup jam 00.00. 

Sunday 12 January 2014

menguap berlalu karena tak mampu memilih atau terlalu banyak keinginan?



Sore hari hujan malu-malu mampir ke genting rumah.
Satu persatu tetes airnya menuju tanah.
hujan berziarah.
menapak pada tanah-tanah gunung.
pada sungai. pada laut..

Menjelang tengah siang, bulan tersenyum menunjukkan giginya yang putih,
pasir terhempas menuju kaki-kaki langit.
waktu menangkapnya dalam bingkai-bingkai kecil.
lalu terekstrak menjadi bagian-bagian yang sekarang tak terlihat penting.


Tentang Waktu

Ada segala dalam segelas cappuccino. Perut saya mual. Tapi toh itu tidak penting.

12 Januari. Berkas cahaya tercecer di jalanan aspal yang tertutup basah secara paripurna. Warna-warna yang asal letak dan terkesan dimuntahkan secara serampangan. "chaos" tersebut lantas membentuk sudut-sudut serupa luka yang berdarah-darah. Bekas tirai-tirai air.

Pulang ke rumah pukul 2 pagi tanpa mencemaskan apa-apa menjadi hal yang luar biasa mahal. Hati menciptakan suara sendiri untuk ditujukan pada kepala. Menciptakan persepsi tentang orang-orang tua yang bersiap ke pasar menjual dagangan, perihal penantian kupu-kupu malam betina dan yang setengah jantan di pinggir jembatan, perihal bulan dan awan serupa kapas yang tergantung di langit, perihal pohon-pohon dan kicau burung nocturnal, perihal sekrup-sekrup, perihal manusia yang serupa sekrup dan sesekali serupa batu. 

Akhirnya masa tersebut datang, saat waktu senggang serupa hujan di sahara. Menghabiskan Sabtu malam dan Minggu pagi dengan tidur menjadi hal yang paling merugikan. Sepagi ini saya mendapati diri sedang berselancar di dunia yang terbentuk dari kode dan angka, lalu tersesat di lirik lagu ini: 


"Once"

We worry about work, worry about money
worry if the punch line’s funny
we worry if the sky is gonna fall
we worry about winning, worry about losing
worry about the roads we’re choosing
we worry if that someone’s gonna call

We spend so much precious time tryna figure out
what this crazy maze of a beautiful world is all about

So kick on back, fill your cup
put on your favourite song, turn it up
find a little peace of mind in the sunshine
don’t waste your days looking at the clock
say I love you to the ones you got
don’t leave a lifetime of rights
on the wrong side
‘cos you only live once, once, once
you only live once, once, once

We worry about truths, we worry about lying
we worry about how much we’re trying and
when it’s all gonna come to an end

We spend so much precious time tryna figure out
what this crazy maze of a beautiful world is all about

So kick on back, fill your cup
put on your favourite song, turn it up
find a little peace of mind in the sunshine
don't waste your days looking at the clock
say I love you to the ones you got
don’t leave a lifetime of rights
on the wrong side
‘cos you only live once, once, once
you only live once, once, once

dinyanyikan dengan nada-nada indah nan ceria oleh shane filan yang mantan personil westlife itu. Padahal saya tak pernah menyukai westlife hingga mendekati gila. Tidak seperti dia yang setiap hari saya kirimi surat cinta. Surat-surat yang tidak pernah bisa dibaca, karena yang terjadi adalah surat cinta itu sendiri. 

lalu rindu menjawil-jawil. nakal.