***
“Tuhan, Ampuni saya”
“Tuhan, Muliakan hamba sebagai makhlukmu yang paling sempurna”
“ya Tuhan, mudahkan segala urusan kami”
“ ya Tuhan.......”
“Tuhanku.......”
“Wahai yang Maha Kaya lagi Maha Pemberi........”
“Aaamiinn...”
lantas keganjilan menjadi lumrah dan keajaiban menjadi-jadi.
Malam itu awan membaur dengan langit. Tuhan nyatanya lebih Maha Kasih dari Bill Gates dan Oprah Winfrey. Waktu tak lagi berjalan statis. Segala do’a dari segala jenis umat terjawab selang beberapa hari. Dunia dipenuhi tangan-tangan yang menggenggam harta. Tak ada lagi perempuan yang pasrah dijadikan istri kedua dan wanita simpanan atas nama jaminan masa depan. Tak ada lagi vagina yang dipermainkan sia-sia.
Tak lama setelahnya, dunia dipenuhi orang-orang yang beradab nan cerdas. Tak ada lagi buta huruf. Pengetahuan dan teknologi berkembang kelewat pesat. Tak ada lagi bayi-bayi yang terlahir cacat. Setengah tahun sebelum Jibril kembali menghampiri Bumi, dunia dipenuhi segala hal yang sebelumnya hanya suguhan imajinasi di film-film fiksi.
Setahun berlalu. Kebahagiaan merata di seantero jagad semesta. Tak ada lagi hal yang sia-sia. Tak ada lagi para pengemis dan peminta-minta. Pemerintah di suatu republik bahkan menghapus beberapa pasal dalam undang-undang dasarnya. Di Belahan Bumi bagian manapun, Tak ada lagi pasal yang berbunyi “fakir miskin dan anak-anak terlantar digagahi oleh negara”.
***
Perlahan langit memerah. Dalam kesunyian, Tuhan membiarkan dirinya disembah dan dihujat. Malaikat-malaikat di kerajaan Tuhan yang Maha Luas harap-harap cemas menunggu Tuhan menitahkan “jadilah”. Maka terjadilah.
***
Seminggu sebelum Jibril kembali menghampiri Bumi. Di belahan bumi sebelah utara, Jibril turun sebagai metafora.......