Pages

Thursday 18 September 2014

Kabar Burung

pohon ini mungkin berkisah terlalu jauh :)

Pukul 9 pagi, Matahari sudah cukup menyengat wajah, tangan, dan kepala. Angin bertiup kencang dari arah Timur. Beberapa burung pantai yang tak saya kenal namanya bermanuver di udara. Sesekali saya dapati kawanan tersebut seakan ingin menabrakkan dirinya pada orang yang sedang lewat. Selain tahu goreng di warung Bu Rum*, "fenomena" tersebut juga merupakan salah satu yang saya sukai dari tempat ini. Setiap tempat selalu punya keindahan dan mungkin "kenangannya" masing-masing.

Wonorejo menawarkan beragam hal untuk menarik khalayak. Dari waktu ke waktu, para pesepeda, pelancong, kaum akademisi, pemerhati lingkungan, juga para investor dan developer makin banyak yang berkunjung. Berhektar-hektar tambak ikan, udang, dan tanaman bakau terbentang di sini. Banyak yang mengira lokasi ini tak cukup fotogenic untuk dipamerkan di situs social-media. Tapi di jaman sekarang, tak ada yang tak bisa dibuat fotogenic oleh path, instagram, dan aplikasi smartphone di playstore. Dengan angel dan pilihan filter yang tepat, lebih dari satu jempol dan love emoticon bisa disematkan pada foto anda.

6 September kemarin, saya iseng mengiyakan ajakan seorang kawan untuk mengikuti kegiatan komunitasnya di Ekowisata-Mangrove Wonorejo. Pagi itu saya memilih keluar rumah dan ikut cangkruk bersama "Sayap Surabaya". Saya sendiri bukan seorang aktivis lingkungan. Seringkali hanya numpang ikut-ikutan di sela-sela waktu luang.


"aku nang *gajahan, mereneo ae"

Kampret. Saya yang jarang ke sana mana hafal letak tambak yang biasa dihinggapi Burung Gajahan*?

Tapi tak sia-sia saya berjalan 20 menit menelusuri ingatan. Hari itu ratusan pengamat burung pantai di Indonesia bersiaga secara serempak di berbagai titik pengamatan. Saya beruntung, hari itu bertepatan dengan world shore-birds day sehingga bisa bertemu langsung dengan seorang yang namanya tak asing di telinga saya. mas "Iwan Londo". 


***


"Seorang lelaki harus dibuat jatuh cinta selamanya pada seorang perempuan agar ia tak pergi". Mungkin bagi mas Iwan, perempuan itu juga menjelma dalam jalur yang dipilihnya sekarang. 

Mas Iwan bukan orang baru di dunia pengamatan burung pantai. Bahkan sejumlah negara mencatatnya sebagai pengamat burung pantai yang sangat serius. Mungkin mas Iwan percaya, pengamatannya ini bukan perkara sia-sia seperti jatuh cinta diam-diam yang menunggu dan mengandalkan mukjizat berkelanjutan. Menurutnya, burung pantai merupakan salah satu indikator ekosistem. Ada lebih dari 200 jenis burung pantai di seluruh dunia. Sebagian ber-migrasi ke Indonesia melalui jalur pantai. Burung-burung tersebut mengembara ribuan kilometer menghindari musim dingin di sub-tropis. Namun dalam dasawarsa terakhir, populasi burung tersebut cenderung turun akibat pembangunan yang merusak di kawasan pesisir. Pembangunan seringkali hanya mengenal mana yang untung dan mana yang rugi. Perkara apa yang akan rusak, itu urusan nanti. Wonorejo yang menjadi jalur migrasi burung pantai juga tak luput dari pembangunan-pembangunan yang cepat atau lambat akan mempengaruhi kondisi ekosistem tersebut.

Di negara-negara maju, kesadaran menjaga lingkungan semakin diperhatikan. Ruang hijau juga cukup diutamakan. Sungguh di sayangkan, sebagian besar masyarakat kita merasa harus lebih fokus pada presentase kenaikan UMR tahun depan. Bahkan sejauh yang saya tahu, kegiatan pelestarian lingkungan di Indonesia banyak yang dibiayai oleh lembaga asing. Mudah-mudahan kecendrungan ini segera berubah sebelum terlambat, dan menciptakan kepunahan. 



Sudah cukup saya bercerita, sekarang waktunya pamer foto:

Gaya bebas

pelajaran berhitung 101

Mas Iwan Londo (tengah)

(dari kiri) Hanoman, Arjuna, Agung Hercules, Badut, dan 2 kakak-kakak senior

diserang lapar, kembali menuju warung bu rum.

*post-scriptum 

gajahan adalah spesies burung dari keluarga Scolopacidae. info lain bisa didapatkan dari wikipedia atau menghubungi para birdwatcher. 
bu rum : warung jujukan kawan-kawan yang sering ke Wonorejo.