Pages

Thursday 1 May 2014

1 Mei-hari tipu-tipu nasional

Sebelum memasuki dunia "perbudakan" yang sedemikian ini, senior-senior yang saya kenal dari berbagai universitas kerap mewanti-wanti soal tidak pentingnya pelajaran di perkuliahan. "yang lebih penting itu pola pikir", kata mereka. "Ipk itu cuma buat saringan awal tapi, toh nantinya kamu bakal ditraining, dilatih ulang buat mengikuti sistem, dan bla.. bla.. bla..". Mungkin kita memang dituntut untuk belajar sedemikian rupa guna dibentuk menjadi robot yang mengikuti sistem. Sistem pendidikan yang ada juga masih sangat berhasil membentuk budak robot kualitas unggulan. Atau bisa disebut juga buruh-buruh yang lebih cerdas sekaligus pasrah. Terima kasih pak mentri.

Beberapa bulan ini saya juga resmi menjadi budak industri demi menyambung hidup. Bertemu orang dan mengenal pengalaman-pengalaman baru. Perihal kebebasan yang dikebiri dan keinginan yang dibatasi. Juga soal menyingkirkan empati sekaligus menyembunyikan emosi.

Di pusat-pusat kota besar hari ini, jalanan juga gedung pemerintahan riuh oleh buruh-buruh yang berdemonstrasi. Tuntutannya mungkin tak berbeda seperti tahun-tahun kemarin. Tunjangan, kontrak kerja, dan jaminan kesehatan. Tapi tak ada yang menuntut waktu luang. Mungkin tak banyak yang sadar nikmatnya hari libur dan waktu luang.

Tak semua orang ingin jadi buruh dan tak semua orang ingin jadi juragan. Mungkin ada yang lebih ingin bepergian, jalan-jalan, dan liburan. Mungkin caranya adalah dengan menjadi buruh atau menjadi juragan. Mungkin waktu luang, adalah satu-satunya kesempatan kita menjadi tuan bagi diri sendiri. Untuk melakukan hal-hal yang sesuai dengan passion dan keinginan tanpa pretensi apa-apa. Mungkin "kebahagiaan" yang didengungkan dalam do'a do'a orang-orang sedunia bersemayam di sana. Di dalam waktu senggang. 

Tapi tak ada yang lebih bahagia hidupnya dari orang-orang yang "ahli" berdoa.