Pages

Sunday 9 December 2012

hanunah

membiarkan rasa berada pada posisi yang seimbang memang bukan perkara mudah. kita pahami betul hal itu pada suatu malam yang teduh. saat bulan hanya bersinar separuh. dan hati kita mulai menunjukkan debar yang begitu gemuruh. cukup.

yang kita rasa ini bisa berlaku seperti air . mengalir, lantas memecah hingga pada molekul yang paling sederhana. hingga pada akhirnya, kita tak luput pada reduksi tapal batas hitam dan putih. kamu pernah menjadi senyawa asing dalam hidupku, lantas pada separuh malam, kamu menjadi potongan mozaik yang kucari selama ini. seperti halnya kehilangan, keinginan yang terjadi bertubi-tubi juga belum tentu bisa tuntas kita persiapkan.

menurutmu, apa salah cinta hingga harus dihakimi pada batas waktu tertentu? atas nama masa depan aduhai dalam benak mereka yang menilai? apa yang salah darinya hingga kita terukur pada batasan umur, waktu, dan mungkin saja, materi.

kitapun mengamininya bersama. berlenggang seperti dokter yang memvonis pasien pengidap kanker.

rindu bukan hal pribadi bagi mereka yang saling mencandu. lain cerita jika kedua huruf itu membentuk kata curiga dan cemburu.

saat aku menemukanmu, aku akan menemukan keberanianku dan saat aku menemukan keberanianku aku (akhirnya) menemukanmu. terima kasih.

kamu, kenapa begitu candu? seakan-akan menjelma jadi telaga rindu.

No comments:

Post a Comment