Pages

Saturday 27 October 2012

perempuan (jilid 1)

To be a human is to be destroyed. mungkin saya terlalu sering menghancurkan tubuh (hati) saya sendiri demi yang saya cintai dengan hati-hati, bukan dengan logika, kemaluan, dan rasa ingin menguasai. 

cinta tidak buta. cinta itu tuli -anonymous.
itulah yang saya amini.
genap dua orang kawan akhirnya melabeli saya sebagai perayu ulung kelas pengecut (hanya merayu, tapi tak berani bertindak lebih jauh). entah ini penghinaan atau pujian, yang jelas saya tidak peduli. love spreading method bullshit.

jika tindakan yang acap kali dimaksud itu adalah ajakan kencan, bercakap empat mata, jalan-jalan, ngopi, membicarakan kawan, atau nonton bioskop, wah benar itu sama sekali bukan gaya saya. bahwa mereka tidak pernah mengenal iblis dalam diri seorang lelaki paruh baya. mereka yang menghabiskan waktu dengan kisah standard mahasiswa cum laude, lulus, kerja asal-asalan, jalan-jalan, dilamar pria mapan lalu menikah muda tentu tidak paham kisah para veteran kesunyian. perempuan tidak pernah tau, betapa sulitnya menundukkan pandangan, betapa berat mengendalikan naluri liar hewan yang mendekam dalam diri manusia.


***

kelak, perempuan itu akan saya datangi atas nama cinta, perempuan yang bersamanya kelak saya berjalan pulang. perempuan yang juga mendekat dengan keikhlasan, bukan hanya berbekal ego untuk hidup mapan dengan merelakan tubuh mulusnya saya nikmati dalam keadaan telanjang. perempuan yang menggenggam tangan saya dengan rasa sayang dan cinta yang membesarkan. bukan hanya merengek-rengek sekedar minta diperjuangkan.

Pegang erat pinggangku saat kita melaju di atas bintang-bintang,
Dendangkan serta lagu kesayanganmu seperti sedia kala 
Di mana kita terangkai bersama.

Pegang erat pinggangku saat kita melaju di atas dua roda,
Dendangkan serta lagu kesayanganmu seperti sedia kala 
Di mana kita terangkai bersama
-erros - pe de


andai kita adalah makhluk dalam negri utopis. tentu sudah saya nyatakan kalimat itu.

"seiringlah denganku". seiring seperti yang tertulis pada Injil dan Qur'an jika kamu pahami itu.

namun, sungguh naif. cinta tidak pernah ada pada mulut yang mengejanya dengan fasih. tidak pada huruf yang terangkai puitis dalam hitam dan putih.
cinta selalu dapat disimpulkan absolut oleh lembar-lembar kitab suci dan bulir air yang muncul saat logika sedang rapuh untuk berdiri sendiri.

No comments:

Post a Comment